Rabu, 20 Oktober 2010

Pondok Modern Darussalam Gontor

Perjalanan panjang Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada abad ke-18. Pondok Tegalsari sebagai cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok ini. Saat pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.
Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu, Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun bahkan pemabuk.
Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari.
Setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat. Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah;
• KH. Ahmad Sahal (1901-1977)
• KH. Zainuddin Fanani (1908-1967)
• KH. Imam Zarkasyi (1910-1985)
Mereka memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi. Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian, pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah.
Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Saat ini ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab, FakultasUshuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan Filsafat, dan Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, dan jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Sejak tahun 1996 ISID telah memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo.
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh:
KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi
KH. Hasan Abdullah Sahal
KH. Syamsul Hadi Abdan

Senin, 18 Oktober 2010

PPSSNH Nurul Huda

PPSSNH dirintis oleh pengasuh, KH. Drs. A. Masduqi Machfudh melalui mushalla kecil yang berada di Mergosono gang 3B. Mushalla yang sebelumnya sepi oleh aktivitas ibadah mulai digalakkan semenjak beliau berdomisili. Walaupun lingkungan sekitar kurang merespons aktivitas ini.

PP Al-Islahiyah Singosari

Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah yang terletak di Jalan Kramat nomor 46 Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang telah berdiri sejak tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama intrinya Hj. Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah adik kandung pendiri NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang ). KH. Mahfudz adalah adik ipar KH. Masykur, Menteri agama RI era Presiden Soekarno. KH. Masykur juga telah menjadi sahabat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebelum lahirnya jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama.
Cikal bakal pondok pesantren putri Al-Ishlahiyah adalah rumah almaghfurlah KH.Kholil Asy’ari yang beristrikan Nyai Halimah (putri alm mbah Tohir Bungkuk) yang menjadi tempat mengaji para remaja putrid disekitar Bungkuk, Sngosari, Malang, di bawah bimbingan Nyai Halimah yang wafat mendahului suaminya. Setelah seratus hari wafatnya Nyai Halimah tahun 1953, salah satu ptra KH.Kholil Asy’ari(H. Mahfudz) dinikahkan dengan ptri Jombang keponakan mbah Wahab bernama Hasbiyah yang pada saat itu berusia 16 tahun. Belakangan, Ibu Hasbiyah meneruskan peran Nyai Halimah mengajar ngaji remaja putri dan kerabat-krabat di sekitar Bungkuk. Setelah menikah dan berputra dua, keluarga H.Mahfudz berpindah ruma diseberang rumah orang tuanya, tepatnya di jalan Kramat, Singosari. Sebagian satri pun ikut pindah bersama keluarga H. Mahfudz-Hasbiyah.
Pada perkembangan berikutnya, seiring dengan didirikannya PGANU(Penddkan Guru Agama Nahdatul Ulama’) dlingkungan perguruan Nahdatul Ulama’ Singosari (kini dikenal sebagai Yaasan Pendidikan Al Ma’arif) oleh KH,Masykur, banyak murid PGANU dari luar Singosar yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus tnggal menetap dikeluarga H.Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan Nahdatul Ulama’ saat itu , maka H. Mahfudz mengorganisir para satri yang mengaji di rumah beliau dengan membentuk komisariat IPPNU(Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama’) yang diberi nama Al-Ishlah ( yang berarti maju/damai ).
Sejak saat itulah ediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan pesantren utri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah. Dari waktu ke waktu jumlah satri bertambah. KH.Mahfudz terus menerus berpikir bagaimana istem belajar mengajar di Pesantren Putri l-Ishlahiyah bsa terus maju. Sehingga pada tahun 1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dan pada tahun yang sama K.Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren dengan mencatatkannya kepad notaries, E.H. Wijaya, SH. Maka sejak saat itu Yayasan Pesantren Al-Ishlahiyah tertuang dalam akte notaries no.171/YPP/YYf/III/1983,E.H. Wijaya, SH.
Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah. Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai Hasbiyah Hamid ersama putra putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit kegatan yang sekaran diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah adalah :
1.      Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Putri Al-Islahiyah
2.      Pondok Pesantren dan Madrasah Putra Al-Ishlah
3.   SMK AL-ISLAHIYAH
4.      Play Group Al-Ishlah
5.      PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre) Al-Ishlahiyah
6.      PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-shlah
7.      Nawa Kartika(Sekolah Kesetaraan)
Disamping unit-unit kegiatan tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga menyelenggarakan program pendidikan ketrampilan praktis bagi santri dan masyarakat sekitar. Selain itu juga menyelenggarakan bakti social kepada masyarakat yang membutuhkan.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Oleh-Oleh di Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum teman-teman !!!!! Lama sudah kita tidak berjumpa . Oh ya , aku mau sedikit bercerita tentang ramadhanku di Lumajang . Ramadhan kali ini alhamdulillah baik , aku dan keluargaku pergi mudik ke Lumajang dan dapat berkumpul dengan keluarga besar kami , dan yang paling aku senangi adalah dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan mbak-mbak pondok . Rasanya seperti ingin kembali ke masa-masa mondok . Karena di pondok kami seperti keluarga . Susah dan senang pun juga tetap bersama-sama . Nah , begitulah oleh-oleh ku di bulan ramadhan .

PONPES aku datang !!!!!!!!!

Pondok Pesantren ( PONPES ) pasti asing dan aneh buat mereka-mereka yang belum mengenal ponpes . Akan tetapi , pasti menyenangkan dan ngangenin buat mereka yang sudah memasuki dunia ponpes.banyak kelebihan dari sekolah atau asrama.kalau di PONPES ,kamu bakalan diajarin lebih tentang agama . kebanyakan orang atau remaja berfikiran kalau anak pesantren itu gak gaul ,cupu,de el el .
ya tapi memang benar , lebih banyak peraturan di pondok pesantren . yang inilah yang itulah , tapi kebanyakan orang tua memaksa anaknya masuk pesantren karena agar anak mereka tidak ikut-ikutan seperti pergaulan bebas .